Musik Terbaik dari Samurai X
Sekitar lima belas tahun silam, (Keparat! Deretan kata ini membuat saya merasa tua betul) kala hidup masih terasa baik-baik saja dan kegamangan terbesar adalah bagaimana menghindar dari tugas mengepel lantai saban harinya, film kartun menjadi sarana pelepasan terbaik. Setiap sore, setelah berletih-letih mengaji dan bibir menjadi kering akibat mengucap huruf-huruf dari jazirah asing, saya akan memaku pandang kepada televisi dan menonton hanya satu acara: Samurai X.
Acara itu sangat menyenangkan dan membuat saya ketagihan. Meskipun, saat itu, saya juga tak paham-paham betul mengenai jalan ceritanya. Walau melahanya setiap hari, saya tak pernah benar-benar paham tentang arti dari julukan “pembantai” pada Batosai si pembantai. Yang mampu saya saksikan adalah orang-orang yang tumbang setelah ditebas dengan pedang yang konon bermata terbalik. Betapa saya juga tidak paham arti mata terbalik pada sebilah pedang itu.
Tetapi, toh fragmen demi fragmennya tetap membuat saya semakin tidak bisa beranjak. Hapalan ayat-ayat suci saya bertumbuh seiring dengan cerita Kenshi Himura, Aoshi Shinomori, Shishio Makato, Seijuro Hako, dan tentu sana Kaoru Kamiya. Mungkin, saat itu, mengaji adalah ekstrakurikuler, sedangkan pelajaran utamanya adalah Samurai X.
Di antara aneka kesenangan yang meliputi saya kala menonton Samurai X, hal yang paling membuat saya bungah adalah lagu temanya. Saya bahkan berpikir kalau salah satu hasil pekerjaan terbaik yang pernah dilakukan umat manusia adalah para direktur musik, atau apalah namanya, yang mengumpulkan lagu-lagu untuk serial Samurai X. Jikalau tak laknat, kata yang pas untuk menggambarkan rangkaian lagu-lagunya pastilah: laknat betul enaknya.
Maka, dengan sepenuh keikhlasan dan kerendahan hati, saya ingin membuat daftar beberapa lagu tema dari Samurai X dan interpretasi saya terhadapnya. Karena ini merupakan interpretasi saya, maka perspektif yang dituangkan di sini akan bersifat personal. Jangan mengharapkan analisis yang ndakik-ndakik atau perdebatan panjang apakah gunting bisa dikategorikan sebagai alat musik atau tidak.
Sajian daftar pendek ini adalah sarana saya untuk mengurai rumitnya ingatan saya akan masa kecil. Samurai X adalah teman masa kecil yang baik. Darinya, saya merasakan aneka perasaan yang mungkin adalah kali pertama saya mencicipinya.
- TM Revolution – Heart of Sword
Hal yang selalu saya ingat ketika mendengarkan lagu ini adalah kelap-kelip lampu yang muncul pada awal video. Lagu penutup ketiga serial kartun ini adalah perpaduan antara musik elektronik dan melodi gitar yang dihunus dengan terseret-seret. Skena-skena perkelahian antara Kenshin Himura dan Sanosuke Sagara, Hajime Saito, juga Aoshi Shinomori membayangi lagu yang menarik-narik ingatan tentang jalan hidup mereka yang pernah mengotori tangannya dengan luka orang lain.
Yaru dake son suru yona, mainichi wa
(Every day, you do something and lose something)
Sha ni kamaeteta hou koso, raku ni naru/
(Having stood at the ready made it easier)
Atsukute, tsurai jibun wo kakushite, mijikai toki wo ikiteru
(Hiding my passionate, heartbroken self, I go on living in this short era)
Heart of Sword membuat saya mendengus. Lewatnya, saya belajar memahami deretan luka yang ditumpahkan dari kehidupan kepada tubuh dan hati seseorang, serta bagaimana seseorang bisa hidup setelah menerima segala luka itu.
- Makoto Kawamoto – 1/2
Saya selalu menganggap suara kocokan gitar yang berlari di awal lagu ini sangat mudah merampas telinga siapapun. Lewat melodi yang menyenangkan di awal, lagu ini dengan mudah membuatmu tertambat untuk mendengarkannya lebih lama. Makoto Kawamoto pun menunaikan tugasnya dengan sangat baik. Notasi-notasi yang mengikutinya kemudian ditenun paripurna. Ia menggabungkan cabikan bas yang berjalan dengan irama jazz, kocokan gitar yang tak pernah berhenti, dan ketukan drum yang membungkus kesemua itu dengan serasi. Apalagi, ada beberapa perubahan tempo dan nuansa yang dicacah rata dalam bagian-bagian.
Ditambah suara Makoto yang tipis, lagu ini mudah sekali untuk membuat dirimu sumringah. Belum ketika kita menggelengkan kepala dan sadar bahwa, hey, lagu ini ternyata bercerita tentang sebuah cinta yang jatuh dan berharap orang yang kita cintai akan memungut dan mengenakannya erat-erat.
itsumo issho ni toomawari shiteta
(We always took the long way home together)
kaerimichi daidai ga koboreru you na sora ni
(The sky seeming to overflow bitter orange)
nandaka HAPPY & SAD
(Sort of happy & sad)
atashi-tachi tte doushite umareta no,
(Why were “we” born?)
hanbun da yo ne
(We’re 1/2 of each other, right?)
hitori de kangaete mo miru kedo
(I try thinking by myself, but)
yappa hetappi na no sa
(as I expected I’m not very good at it.)
- L’Arc~En~Ciel – 4th Avenue Cafe
Mungkin, Fourth Avenue Cafe adalah lagu paling terkenal, sekaligus yang paling kontroversial, dari seluruh lagu tema Samurai X. Ia tayang sebagai lagu penutup pada beberapa episode saja karena adanya kasus narkoba yang melibatkan Sakura, drummer L’Arc~En~Ciel. Tetapi, toh lagu ini tetap meledak dan menjadi salah satu hits single dari Laruku -cara mengucapkan L’Arc~En~Ciel- meskipun ia tidak muncul dalam semua rilisan soundtrack Samurai X.
Bagi saya, 4th Avenue Cafe adalah perkenalan pertama saya kepada musik rock dari negeri Sakura. Setelah lagu ini, saya mulai mendengar album-album Laruku lainnya, juga album-album dari musisi rock Jepang lainnya seperti Asian Kung Fu Generation dan Ken Hirai (eh).
Selain itu, beberapa larik lagu ini mengingatkan saya kepada petitih mahsyur dari Pramoedya Ananta Toer. Bahwa di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana.
Togirenai kimochi nante hajime kara shinjite nakatta
(I didn’t believe from the beginning in continuous feelings)
Utsuriyuku machinami ni torinokosareta mama,
(Being abandoned in changing towns,)
yukikau ano hitobito ga, ima wa tooku ni kanjirarete
(I can feel at the distance, those people who come and go)
Zawameki sae usurete wa, tameiki ni kiete shimau
(Even the noise goes down and disappears in a sigh)
- Bonnie Pink It’s Gonna Rain
Lagu penutup yang menggantikan 4th Avenue Cafe ini adalah lagu favorit saya di Samurai X. Hujan, iringan terompet, ditambah suara Bonnie Pink yang menyeret adalah paduan ampuh meracik luka sekaligus menyembuhkannya dengan membenamkan ke dalam ricik gerimis yang merata.
Saya kehabisan kata-kata untuk menjelaskan keistimewaan lagu ini. Ini adalah lagu patah hati favorit saya. Lagu yang memotivasi saya untuk memutuskan berada di bawah hujan bersama mereka, para pejalan yang tidak memiliki keistimewaan berteduh dari marahnya awan.
Ame wa mou aribai wo kesu no?
(Has the rain erased his alibi? )
Kare wa mou wasurete shimau no?
(Did he already forget?)
Futari wa mou korekiri ni naru no?
(Is this all the two of us will become?)
Subete wa ame no seitte koto ni shite okou
(Let’s make all of this the rain’s fault)
- Her Most Beautiful Smile
Berbeda dengan empat lagu sebelumnya, Her Most Beautiful Smile bukanlah “lagu” melainkan sebuah scoring yang hanya berisi bunyi piano. Saya lupa betul kapan pertama kali lagu ini dimainkan di dalam serial Samurai X. Hal yang pasti, bunyi pianonya melekat dan tak pernah luntur dari kepala.
Her Most Beautiful Smile menemani saya ketika hati ini patah, goyah, dan menandus. Ia membersihkan belukar yang bersemi di dada ketika dulu saya hanya bisa memandangi lekuk senyum yang terlalu manis bagi harapan-harapan saya untuk bisa mendianginya.
Dan karenanya, saya menyematkan lagu ini di tulisan saya.