Yang Bukan Jazz di Festival Java Jazz
Sore itu, si lelaki muda memilih setelan jas dibandingkan kemeja batik. Padahal, rekan-rekannya bersetia dengan kostum manggung seperti biasa. Mungkin karena ini adalah festival jazz terbesar di belahan bumi selatan, ia ingin memberi kesan berbeda, pikir saya.…
Java Jazz yang Selalu Dekat
Gerombolan kami berjumlah empat orang. Mas Yoyon, yang paling senior di antara kami, menyukai musik sesuai usianya: hits era 80-an akhir hingga 90-an. Niczen, seorang tua berpenampilan remaja, terobsesi pada segala yang berbau Korea, termasuk lagu-lagunya dan…
Menjejak Blauran, Melihat Klandasan
Di dalam mobil itu, mulut saya tiba-tiba menyalak seperti anjing yang sedang berseru-seru. Saya terkejut, tentu saja, setidaknya pada dua hal: keluwesan saya mengabsen nama-nama binatang, dan pada sumpah serapah itu sendiri. Tidak biasanya saya lancar mengumpat ketika…
Keroncong Sebelum Kereta
Mulanya adalah sebuah sore di Stasiun Gambir. Saya terlalu cepat tiba dan lantai dua gedung itu masih begitu lengang. Hanya ada penjaja makanan dan buku yang berbincang dengan dagangan masing-masing. Lalu, tak seberapa lama, lima orang yang…
The White Helmets: Ksatria Helm Putih yang Terluka
Suara gelegar terdengar hebat tak berapa lama setelah bom pertama menghantam. Satu kompleks perumahan luluh lantak. Atap dan jendela berhamburan. Dari puing-puing bangunan, beberapa gadis kecil berhasil ditarik keluar tepat sebelum bom kedua menerjang dan meruntuhkan dinding…
Di Sini Tidak Dilarang Mencintai Bunga-Bunga
tentang perjalanan saya ke Taman Bunga Nusantara Malam teramat larut. Jarum pendek jam tangan sudah menyentuh angka 11 saat ujung motor saya terantuk batas parkir. Adik saya, istrinya, serta anak mereka (keponakan saya) pastilah sudah tidur. Untungnya,…